Kelas Inspirasi Dompu; From Zero to Hero

“Bikin Kelas Inspirasi, yuk!”. Kalimat ajakan tersebutlah yang menjadi awal dari langkah Kelas Inspirasi (KI) di Dompu. Ajakan yang berasal dari dua teman yang tidak berdomisili di Dompu tapi punya keinginan untuk sedikit berbuat bagi tanah lahirnya. Kalau Indonesia Mengajar saya sudah tahu karena memang gaungnya sudah kemana-mana tapi KI masih asing. Setelah browsing dan kepo sana sini, fix saya tertarik. Sayalah yang ada di Dompu, berarti mereka pendukung di balik layar sedangkan sisanya saya yang beraksi di lapangan. Saya tahu, meski di belakang mereka akan siap selalu bersama saya; bismillaah.

Kelas Inspirasi, sudah terbayang oleh saya saat itu bahwa Ia akan menjadi semacam alien, makhluk asing yang hadir di Dompu. Bukan perkara mudah untuk sekedar memperkenalkannya ke penduduk tanah ini. Melalui bimbingan seorang pengajar muda nun jauh di sana, kami mulai meniti langkah. Tertatih, pasti. Kami buat media sosial untuk mengabarkan pada dunia tentang KI Dompu, banyak siiiih yang penasaran dan menyatakan siap bergabung bersama kami sebagai panitia untuk merintis. Tapi nyatanya mereka hanya nama, diajak ketemuan nggak hadir lalu menghilang. Dada bye bye…

Pada akhirnya, para sahabatlah yang akan selalu hadir di saat senang dan susah. Proyek besar ini kami kerjakan hanya berenam, seenggaknya enam orang ini pemain intinya. Luar biasa rempong, jobdesk sudah tidak tentu tapi tetap melangkah meskipun harus tertatih. Targetpun ditentukan; 24 Agustus 2015 di 10 sekolah sekaligus di 8 kecematan! Pertimbangannya sih biar ada pilot project di tiap kecamatan, karena penduduk tanah ini berprinsip, “Ada bukti dulu baru kami ikut”.  Jadi di semua kecematan perlu ada bukti (baca; pilot project), baru lain kali jalan akan mulus. Menentukan lokasi yang tidak fokus begini sebenarnya bunuh diri karena pasti akan menguras energi dan biaya saat survey lokasi dan sosialisasinya. Kerempongan, dimulai!! Survey sana sini, padahal puasa dan kerja. Moment survey yang paling saya nikmati adalah saat ke Kecematan Kilo. Kecematan nun jauh di utara Dompu, tidak pernah saya kunjungi sebelumnya. Ternyata Kilo itu indaaaaaah!

DSC09538

Pantai berpasir putih ini terletak di Desa Malaju, tidak jauh dari SDN 1 Kilo tempat tim 8 beraksi

kebetulan pas kita nyampe, jam 12 lah kira-kira, airnya mulai surut dan muncullah fenomena ini. Kami lupa kalo kami lagi puasa dan jam berbuka masih jauh. Sibuk foto-foto, lompat girang di bawah terik matahari setelah itu baru terasa leeeemes luar biasa dan perjalanan ke rumah butuh dua jam by car

DSC09551

semakin airnya surut, fenomenanya tambah keren lagi. Kayak vertikal ketemu horisontal

DSC09541

Genderang perang sudah ditabuh, kamipun tetap melangkah biarpun kenyataannya hanya sedikit tangan yang membantu. Masalah hadir saat kami harus membagi waktu, antara diri sendiri dan KI. Kami sibuk dengan karier, e tjieeee “karir”, masing-masing tapi pada saat yang sama harus menyusun mozaik demi mozaik untuk mewujudkan rupa utuh Hari Inspirasi. Jadi, berbagai rupa things to do ini dilakukan hanya untuk menyiapkan satu hari, SATU hari. Seharusnya sih simple aja. Hubungi dinas terkait untuk membantu, hubungi pihak sekolah trus rekrut relawan, et voilà!! Tapi kenyataannya kami diabaikan oleh seseorang pejabat yang seharusnya membantu kami; “Begini saja dek, jalan sajalah dulu, nanti kalau sudah berjalan dan hasilnya bagus baru kami dukung penuh”.  “Langsung saja ke intinya dek, yang kalian butuhkan apa? Kalau dana yang kalian minta, kami tidak punya anggaran untuk acara seperti ini tapi kalau sekedar pinjamin Aula bolehlaah asal pas jam kerja yaa”. Kami berangkat dengan sejuta harapan ke dinas tersebut, tapi pulang dengan hati yang koyak. Yang bikin sakit itu, kami belum selesai curhat tapi pembicaraan sudah di-cut dan seolah-olahnya “kami nggak punya dana untuk itu, silahkan Anda capcus”. Pak, kami datang minta dukungan, itu saja. Mohon bantu hubungi pihak sekolah agar saat kami ke sana disambut dengan baik, mohon bantu beri kata sambutan de el el. Saya tidak katakan dinas ini benar-benar lepas tangan, hanya saja tidak seantusias yang kami harapkan. Lebih sakit hati, ketika tidak ada satupun perwakilan yang hadir untuk sekedar memberi kata sambutan saat pemberangkatan relawan. Yaaa sudah lah. Saya pernah “magang” di KI Bima dan merasakan sendiri enaknyaa saat dibantu oleh dinas terkait untuk berkoordinasi dengan pihak sekolah, dibantu oleh teman-teman Pengajar Muda, disambut antusias oleh pihak sekolah dan UPTD Kecematan. Saat hal yang serupa tidak terjadi di Dompu, di situ saya merasa gaaaaaalau!

Dan yang paaaaaaling sulit adalah mengumpulkan pengajar. Banyak yang daftar diawal, tapi entahlah. Saat dekat-dekat hari inspirasi banyak yang tiba-tiba lost contact, ada agenda lain dan berbagai alasan lain. Ada aja alasan relawan, padahal jelas-jelas Kelas Inspirasi itu judulnya “meluangkan waktu sehari” tapi nyatanya banyak dari mereka tidak menyiapkan cuti untuk hari tersebut jauh hari sebelumnya. Grup saya di SD 7 Hu’u, dengan jumlah siswa yang rata-rata 50 siswa per kelas malah saangat kekurangan relawan karena relawan “lost contact” itu. Tengah malam kami telfon sana sini untuk mencari relawan, dan akhirnya dapat. Alhamdulillaah..akhirnya, setelah saya uring-uringan semalaman karena menghawatirkan hari esok di sekolah “gemuk” kami. Pengajar yang kebanyakan “dilamar” di detik-detik terakhir, tanpa persiapan, nyatanya bisa menjadi pengajar yang kereeen. Saingan kerennya dengan mereka yang sudah persiapan matang. Ada juga fasilitator yang jadi inspirator untuk menutupi kekurangan pengajar. Bagaimanapun prosesnya menuju Hari I, satu hari itu akhirnya bisa terwujud dan lancar.  Ah, leganya.

Mengumpulkan relawan fasilitator, beda lagi ceritanya. Setelah pekerjaan sudah 80% rebes, baru kami mengumpulkan fasilitator. Karena panitia lokal Cuma sedikiiiiiit sedangkan fasilitator harusnya 20 orang, kami meminta bantuan bapak/ibu guru hasil didikan SGI; Sekolah Guru Indonesia. Sejenis Indonesia Mengajar yang menempatkan pengajar muda ke daerah pelosok selama setahun tapi SGI beda bendera dengan IM. Dompet Duafa lah yang menaungi SGI. Beda bendera dengan IM tapi dua gerakan ini berangkulan satu sama lain, akur karena misi yang serupa. Fasilitator kami, bukan pengajar yang ditempatkan setahun di Dompu, tapi guru SD di Dompu yang mendapat pendidikan khusus dari SGI selama sebulan dan kembali mengabdi di sekolah masing-masing. Mereka ini tersebar dimana-mana, termasuk pelososk Dompu, bukan perkara gampang mengumpulkan mereka untuk berkoordinasi but they’re really exited! Kontribusi bapak ibu guru ini saangat membantu kami, meski mereka bergabung di detik-detik terakhir. Tapi sekarang judulnya bukan kolaborasi lagi, “mereka” dan “kami” sudah melebur menjadi Keluarga Besar Kelas Inspirasi Dompu. Sayang sekali teman-teman SGI yang ditempatkan di Dompu selama setahun sudah nggak ada lagi, sisanya hanya SGI “lokal”.

Ada lagi cerita yang tidak kalah menariknya; bikin logo. Logo yang nantinya akan menjadi ikon Kelas Inspirasi Dompu. Harus mengandung filosofi yang mantap jaya, tetap menunjukkan ke-Dompu-annya tapi juga tidak boleh keluar dari koridor Kelas Inspirasi. Kami, yang jumlahnya seperti personil boy band itu, berrembuk untuk membuat logo yang cetarrr. Saranpun bermunculan; Tambora, selancar, rumah panggung, peta Dompu, warna ini warna itu. Beberapa, dari sedikit orang itu, mencoba menyetorkan desaiinya tapi masih kurang oke. Akhirnya ada satu desainer yang kemampuannya lumayan, tapi masalah besarnya adalah selera. Dia ini seleranya cenderung rame dengan kombinasi banyak warna dan saaangat keukeh untuk memasukkan rumah panggung Dompu-Bima dengan atapnya yang khas itu. Sedangkan audiens maunya simple, minimalis dan elegan. Perdebatannya, dari gaya musyawarah sampe adu urat. Kalau dihitung-hitung berapa kali si desaigner merevisi pekerjaannya sampai bisa memuaskan “pasar”, habis kepake semua jari manusia di dunia ini hehe. Pas saya kuatkan hatinya dengan ucapan ajaib “kalembo ade ya”, dengan ringan dia menjawab “nikmati saja”. Maksutnya, namanya juga proses belajar kalo gagal ya coba lagi..nikmati saja. Setelah proses paaaanjang nan berliku akhirnya hadirlah logo Ki Dompu yang sekarang ini. Seribu jempol buat Arif Rahman dan suara-suara yang memberi masukan. Logo ini hasil karya keroyokan! Kolaborasi antara audiens yang tidak ngeyel (baca; perfeksionis tidak berperasaan) dan desaigner yang sabar dan mau menerima masukan. Inspiratif, kan??
Picture1 Picture2

taraaa..inilah hasil akhir dari perdebatan panjang yang kemarin-kemarin berpotensi tsinami. LOGO kelas inspirasi dompu

taraaa..inilah hasil akhir dari perdebatan panjang yang kemarin-kemarin berpotensi tsinami. LOGO kelas inspirasi dompu

Meskipun Kelas Inspirasi Dompu I tidak ditutup dengan gilang gemilang seperti rencana awal, tapi bisa dikatakan kami semua, panitia lokal-fasilitator-inspirator-dokumentator, berhasil mewujudkan Hari Inspirasi yang semoga saja bermanfaat bagi bibit-bibit penerus generasi Dompu.

 Kalau dilihat lagi ke belakang, caaapek luar biasa rasanya dan menguras peluh juga air mata tapi tawa bahagia adek-adek saat kami hadir di sekolahnya juga cerita keseruan dari para relawan, semua terbayar LUNAS!! Rencana awal kami sih kelas Inspirasi Dompu hanya akan diadakan setahun sekali, tapi sepertinya dua atau tiga kali setahun. Sepertinya akan banyak tangan yang membantu terwujudnya KI Dompu 2 yang lebih baik lagi.

Kelas Inspirasi, bukan semata memperkenalkan berbagai rupa pilihan profesi bagi adek-adek di masa mendatang tapi aksi propaganda. Propaganda tentang membangun mimpi dan cita-cita. Satu pelajaran berharga yang saya dapatkan dari aksi ini, memberi itu tidak lantas membuat kita menjadi “berkurang” malah semakin bertambah, seperti prinsip sedekah. Ada rasa bahagia yang entah datang dari mana hanya dengan melihat kebahagiaan pihak yang menerima pemberian kita. Menurut para inspirator, mereka yang MEMBERI inspirasi tapi malah mereka yang MENDAPAT inspirasi. Kebahagiaan adik-adik menular kepada kami semua.

Semoga aksi kami mengadakan Kelas Inspirasi ini dapat menginspirasi generasi muda Indonesia, khususnya di Dompu bahwa tidak mesti jadi hebat dan “besar” dulu baru berkontribusi. Kita yang kecil ini dapat melakukan hal besar jika dilakukan secara keroyokan. Daripada hanya sibuk mengurusi diri sendiri dan mengeluhkan kinerja pemerintah, lebih baik kita membantu sebisa kita. Semoga juga dapat menginspirasi pemerintah dan pihak sekolah untuk keluar dari patron baku dalam pengajaran, menasihati siswa dengan cara yang berbeda dari biasa. Akhir kata, terimakasih atas kerjasama yang luar biasa dari seluruh relawan Kelas Inspirasi Dompu. Terimakasih teman-teman galuh, teman-teman KI Bima, terimakasih pak kepala dinas yang mengajarkan saya untuk pantang menyerah. Nantikan KI Dompu #2 yaa..

Zakiyatun Najwah

Petani Cita-cita Anak Bangsa

DCIM101GOPROG2193310.

DCIM101GOPROG2193310.

DCIM100GOPROG1073023.

DCIM100GOPROG1073023.

Satu respons untuk “Kelas Inspirasi Dompu; From Zero to Hero

Tinggalkan komentar